Kamis, 19 November 2015

sejarah lahirnya filsafat

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 mempunyai sistem kepercayaan, bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagi suatu kebenaran yang bersumber pada mitos/ dongeng-dongemg. Artinya, suatu kebenaran lewat akal piker (logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng).
Setelah abad ke-6 S.M. muncul sejumlahahli piker yang menentang adanya mitos. Mereka mengingatkan pertanyaan tentang misteri alam semesta ini dan jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir. Meninggalkan kelompok_kelompok yang sifatnya mitologi. Upaya para ahli pikir untuk mengareahkan pada suatu kebebasan berpikir ini menyebabkan banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni. Maka, timbullah peristiwa ajaib The Greek miracle yang nantinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
·         Bagaimana sejarah lahirnya filsafat di Yunani?
·         Bagaimana sejarah filsafat zaman Yunani kuno?
·         Bagaimana sejarah filsafat zaman Yunani klasik?










BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya Filsafat di Yunani
            Lahirnya filsaft di Yunani diperkirakan pada abad ke-6 S.M. timbulnya filsafat di tempat itu disebut peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa factor yang sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani. K. bertnes menyebutkan ada 3 faktor, yaitu sebagai berikut:
1.      pada bangsa Yunani, seperti pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagi perintis yang mendahului  filsafat karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk mengerti. Mite-mite sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia: dari mana dunia kita? Dari manakejadian dalam alam? Apa penyebabmatahari terbit, lalu terbenam lagi?. Melalui mite-mite manusia mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta dan kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Mite yang pertama mencari keterangaan tentang asal-usul alam semesta biasanya disebut mite kosmologi, sedangkan mite yang ke-2 mencari keterangan tentang asal-usul serta sifat kejadian alam semesta disebut mite kosmologi. Khusus bangsa Yunani bahwa mereka mengadakan berbagai usaha untukmenyusun mite-mite yang diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari suatu keseluruhan yang sistematis, mereka sedang menyatakan keinginan untuk mencari hubungan mite-mite satu sama lain dan menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocokkan dengan mite lain.
2.      kesusastraan Yunani
Dua karya puisi Homeros yang berjudul Ilias dan Odyssea mempunayi kedudukan istimewa dalam kesusastraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut sudah lama digunakan sebagi semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Dalam dialog yang bernama Politea, Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu luangnya dan serentak juga mempunyai nilai edukatif.
3.   pengaruh ilmu pengetahuan sudah terdapat di Timur Kuno
      Orang Yunani tentu berhutang budi kepada bangsa lain dalam menerima beberapa unsure ilmu pengetahuan. Seperti ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari Mesir. Pengaruh Babylonia dalam perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh di lebih-lebihkan. Orang yunani telah mengolah unsure-unsur tadi dengan cara yang tadak pernah disangka-sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa Yunanilah didapatkan ilmu pengetahuan yang bercorak dan sungguh-sungguh ilmiah.
            Pada abad ke-6 sebelum masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak saat itu orang mulai menmcari jawaban rasional tentang berbagai problem yang diajukan oleh alam semesta, logos (akal budi, rasio) mengganti mythos. Dengan demikian filsafat dilahirkan.[1]
            Zaman Yunani terbagimenjadi 2 peride, yaitu periode Yunani kuno, dan periode Yunani klasik. Periode Yunani kuno diisi oleh ahli piker alam (Thales, Anaximandros, Anaximenes, Pythagoras, Xenopanes, dan Democritus). Sedangkan pada periode Yunani klasik diisi oleh ahli piker seperti Socrates, Plato, Aristoteles.[2]

B. Sejarah Filsafat Zaman Yunani Kuno
Pada masa ini filsafat lebih bercorak “kosmosentris”, artinya para filsuf pada waktu itu mengarahkan perhatian mereka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan asal mula terjadinya alam semesta. Mereka berupaya mencari jawaban tentang prinsip pertama (Arkhe) dari alam semesta. Oleh karena itu, mereka lebih dikenal dengan filsuf-filsuf alam. Tokoh yang termasyhur pada zaman ini antara lain: Thales, Anaximandros, Anaximenes, dll.[3] Selain 3 nama tersebut, beberapa nama dari daerah lain, seperti Herakleitos dari Ephesos, Pythagoras di Italia Selatan, Parminderdari Elea, dan Demokritus dari Abdera.
Pikiran-pikiran Thales ditulis oleh murid-muridnya yaitu Anaximandros dan Anaximenes. Perhatiannya adalah pada alam dan kejadian alamiahterutama dalam hubungannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Namun, mereka yakin bahwa terhadap perubahan-perubahan itu terdapat suatu asas yang menentukan, tetapi di antara mereka menyebut asas-asas yang berbeda. Thales menyebutnya asas air, Anaximandros dengan asas yang tidak terbatas (to apeiro), dan Anaximenes dengan asas udara.
Selanjutnya Herakleitos berpendapat bahwa asas itu adalah api. Menurut pendapatnya, api adalah lambing perubahan. Ia berpendapat bahwa di dunia ini tidak ada satu apa pun yang tetap, definitive, dan sempurna, tetapi berubah, seperti kayu karena api menjadi abu. Segala sesuatu berada dalam status “menjadi”, mengalir.
Pemikiran Pythagoras berbeda dengan filosof pada masanya, kecuali dengan Anaximandros. Ia tidak menganggap perlunya asas pertama yang dapat ditentukan dengan pengenalan indra karena segala hal dapat diterangkan atas dasar bilangan. Ia mengemukakan tangga nada yang sepadan dengan perbandingan antarbilangan. Oleh karena itu, Pythagoras terkenal sebagai pengembang ilmu pasti dengan mengemukakan “Dalil-dalil Pythagorasnya”.[4]

C. Sejarah Zaman Klasik Yunani
            Pada masa ini filsafat lebih bercorak “antroposentris”, artinya para filsuf dalam periode ini menjadikan “manusia” (Antropos) sebagai objek pemikiran filsafat mereka. Mereka berupaya mencari jawaban tentang masalah etika (filsafat tingakah laku) dan juga tentang hakikat manusia. Tokoh yang kesohor pada waktu itu antara lain: Socrates, Plato, Aristoteles, mereka dijuluki filsuf klasik, karena ide-ide mereka tetap aktual.[5]
            Munculnya zaman Klasik Yunani ditandai dengan persoalan etika. Kebenaran dan kebaikan harus dijunjung tinggi dan tidak boleh dipermainkan, sebagai respons terhadap kaum sofistik (Kaum yang pandai berpidato yang tidak lagi menaruh perhatian utama pada alam, tetapi menjadikan manusia sebagai pusat perhatian).[6] Salah satu tokoh kaum sofistik adalah Gorgias (480-380). Gorgias inilah tokoh sofistik yang paling banyak muridnya, walaupun masih banyak lagi tokoh yang lain, misalnya Hippias, Prodikos, dan Kritias. [7]
            Socrates menentang kaum sofistik dengan mengatakan bahwa benar dan baik adalah nilai objektif yang harus dijunjung tinggi semua orang. Ia adalah seorang filosof yang jujur dan berani. Socrates berpendapat, “yang benar dan baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang” akibat ucapannya tersebut Socrates dihukum mati.[8] Jasa Socrates yang paling besar adalah mempertahankan tradisi filsafat Yunani yang pada saat itu sedang goyah karena kaum sofistik. [9]
            Hasil pemikiran Socrates dapat ditemukan pada muridnya Plato. Dalam filsafatnya, Plato mengatakan: “realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi panca indra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia pertama adalah dunia jasmani, dan kedua adalah ide”.
            Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan menyatakan bahwa yang ada itu adalah manusia-manusia yang konkret. “ide  manusia” tidak terdapat dalam kenyataan. Aristoteles adalah filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional dimana seorang memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada 3 macam abstraksi, yakni abstraksi fisi, matematis, dan metafisis.[10]

DAFTAR PUSTAKA

Muntasyir, Rizal. Filsafat Analitik. 2001. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
A.    Wiramihardja, Sutardjo. Pengantar Filsafat. 2006. Bandung: PT Refika Aditama.
Surajiyo. ILMU Filsafat Suatu Pengantar. 2005. Jakarta: Bumi Aksara.
Asmoro, Achmadi. Filsafat Umum. 2011. Jakarta: Rajawali Pers.





[1] Drs. Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta, Bumi Aksara, 2005, hlm.153
[2] Asmoro Achmadi, , Jakarta, Rajawali pers, 2001, hlm., 32
[3] Rizal Muntasyir, Filsafat Analitik, Yogyakarta, Pustaka pelajar, 2001. hlm.11
[4] Dr. sutardjo A. Wiramihardja, Psi., Pengantar Filsafat, Bandung, PT Refika Aditama, 2006, hlm. 46
[5] Rizal Muntasyir. loc.cit
[6] Ibid., hlm. 47
[7] Asmoro Achmadi. loc.cit
[8] Drs. Surajiyo, op.cit, hlm.155
[9] Dr. sutardjo A. Wiramihardja, Psi, op.cit, hlm. 48
[10] Drs. Surajiyo. loc.cit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar