Rabu, 01 Juni 2016

analisis interferensi bahasa inggris dalam penggunaan bahasa jawa

BAB I
PENDAHULUAN

Bahasa yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Indonesia merupakan salah satu contoh Negara yang memiliki berbagai macam bahasa, karena Indonesia kaya akan suku bangsa. Selain kaya akan bahasa yaitu bahasa daerah, Indonesia juga menyerap bahasa asing dalam bahasa Indonesia. Karena penguasaan beberapa bahasa tersebutlah Indonesia merupakan salah satu Negara yang biligualisme. Masyarakat yang menguasai lebih dari satu bahasa, tentu dalam percakapan sehari-hari sering terdapat interferensi.
Di era globalisasi yang beriringan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, bahasa Inggris yang merupakan bahasa Internasional banyak memberikan pengaruh ke dalam bahasa percakapan sehari-hari warga Indonesia, baik dalam penggunaan bahasa Indonesia maupun bahasa daerah. Pengaruh bahasa lain dalam bahasa inti yang digunakan merupakan suatu kesalahan atau kekeliruan, kekeliruan inilah yang disebut dengan interferensi.
Pada pembahasan kali ini akan dibahas mengenai interferensi bahasa Inggris dalam penggunaan bahasa Jawa yang terjadi pada percakapan keseharian warga desa Krandon. Desa Krandon terletak di kota Kudus, Jawa Tengah. Warga desa Krandon yang merupakan penduduk pulau Jawa, sudah pasti menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa komunikasinya sehari-hari. Namun karena pengaruh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang serba menggunakan bahasa Inggris, maka penggunaan bahasa Jawa tersebut lama-kelamaan menjadi terpengaruh dengan penggunaan bahasa Inggris.
Dalam proses ini bahasa yang memberi atau mempengaruhi itu disebut bahasa sumber, dan bahasa yang menerima disebut bahasa resipien, sedangkan unsur yang diberikan disebut unsur serapan atau importasi. Jika dikaitkan dengan permasalahan yang dibahas, maka bahasa Inggris disebut bahasa sumber karena mempengaruhi penggunaan bahasa Jawa. Dan bahasa Jawa disebut bahasa resipien karena merupakan bahasa inti yang dipengaruhi oleh bahasa Indonesia.




BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Pengertian Interferensi
Pengertian Interferensi menurut Weinreich adalah perubahan suatu sistem bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual. Yang mana penutur bilingual adalah penutur yang menggunakan dua bahasa secara bergantian.[1]
Menurut Weinrich (1970: 64-65) ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya interferensi:
1.      Kedwibahasaan peserta tutur
2.      Tipisnya kesetiaan pemakai bahasa penerima
3.      Tidak cukupnya kosakata bahasa penerima
4.      Menghilangnya kata-kata yang sering digunakan
5.      Kebutuhan akan sinonim
6.      Prestise bahasa sumber dan gaya bahasa
7.      Terbawanya kebiasaan dalam bahasa ibu[2]

B.     Bentuk-Bentuk Interferensi
Weinreich membagi bentuk-bentuk Interferensi menjadi empat bagian, antara lain:
1.    Interferensi dalam Bidang Fonologi
Dalam bahasa Indonesia interferensi pada sistem fonologi dilakukan misalnya, penutur bahasa Indonesia yang berasal dari Jawa selalu menambahkan bunyi dimuka kata-kata yang dimulai dengan konsonan “b,d,g dan j”, misalnya pada kata Bandung=mBandung, Depok=nDepok, Gombong=ngGombong, Jambi=nyJambi.[3]

2.    Interferensi dalam Morfologi
Terdapat dalam pembentukan kata dengan afiks (imbuhan), afiks-afiks suatu bahasa digunakan untuk membentuk kata dalam bahasa lain. Contoh dalam bahasa arab sufiks –wi dan –ni untuk membentuk adjektif, maka banyak penutur bahasa Indonesia itu pada kata-kata manusiawi, bahasawi, surgawi, dan gerejani. Penggunaan bentuk-bentuk kata sepeti ketabrak, kejebak, kekecilan, dan kemahalan dalam bahasa Indonesia baku juga termasuk interferensi, sebab imbuhan yang digunakan disitu berasal dari bahasa Jawa dan dialek Jakarta. Bentuk yang baku adalah tertabrak, terjebak, terlalu kecil dan terlalu mahal.[4]

3.    Inteferensi dalam Bidang Sintaksis
Struktur kalimat dalam bahasa Indonesia, “Makanan itu telah dimakan oleh saya” adalah dipengaruhi oleh bahasa Sunda, karena kalimat Sundanya adalah “Makanan teh atos dituang ku abdi”. Dalam bahasa Indonesia baku susunannya haruslah menjadi, “Makanan itu telah saya makan”. Perhatikan contoh berikut ini:
 “Mereka akan married bulan depan”.
            Contoh tersebut juga dapat dikategorikan sebagai campur kode. Perbedaannya adalah campur kode mengacu pada digunakannyaserpihan-serpihan bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa tertentu, sedangkan interferensi mengacu pada adanya penyimpangan dalam menggunakan suatu bahasa dan memasukkan sistem bahasa lain, yang bagi golongan puris dianggap sebagai kesalahan.[5]

4.      Interferensi dalam Bidang Leksikal
Interferensi dalam bidang leksikal terjadi apabila seorang dwibahasawan dalam peristiwa tutur memasukkan leksikal bahasa pertama ke dalam bahasa kedua atau sebaliknya. Dalam hal interferensi leksikal terdapat lima kelas kata yaitu: [6]
a.       Kelas kata verba
BMK

BI orang Minagkabau
[Mananih]
[Menanis]
‘Menangis’
b.      Kelas kata adjektiva
BMK

BI orang Minagkabau
[Lita]
[Lita]
‘Letih’

c.       Kelas kata nomina
BMK

BI orang Minagkabau
[Terompa]
[Terompa]
‘Sandal’
d.      Kelas kata promina
BMK

BI orang Minagkabau
[Awak]
[Awak]
‘Saya’
e.       Kelas kata numeralia
BMK

BI orang Minagkabau
[Salapan]
[Salapan]
‘Delapan’

5.      Interferensi dalam Bidang Semantik
Interferensi dalam tata makna dapat dibagi menjadi tiga bagian:
a.       Interferensi perluasan makna atau expansive interference, yakni peristiwa penyerapan unsur- unsur kosakata ke dalam bahasa lainnya. Misalnya konsep kata democration menjadi Demokration dan demokrasi.
b.      Interferensi penambahan makna atau additive interference, yakni penambahan kosakata baru dengan makna yang agak khusus meskipun kosakata lama masih tetap dipergunakan dan masih mempunyai makna lengkap. Misalnya kata gelandangan menjadi tunawisma dan tahanan menjadi narapidana.
c.       Interferensi penggantian makna atau replasive interference, yakni interferensi yang terjadi karena penggantian kosakata yang disebabkan adanya perubahan makna seperti kata saya yang berasal dari bahasa melayu sahaya.











BAB III
DATA DAN ANALISA

A.    Data
Percakapan berlangsung di rumah salah satu penjahit yang ada di desa Krandon antara Anggi (yang akan menjahitkan baju), Niken (teman Anggi), dan Ibu Chalimah (yang menjahit baju). Percakapan terjadi ketika Anggi dan Niken pergi kerumah Ibu Chalimah yang berada di desa Krandon untuk menjahitkan baju.
Anggi              : “Buk, badhe jahitke long dress kaleh blazer.”
Ibu Chalimah   : “Dwetmu kok gak entek-entek tuku kain terus.”
Niken                : “Geh buk, piyambake niku hobine shopping terus kok buk.”
Anggi              : “Niki mpun tak tumbaske kain kombinasi, mpun matching ra buk?”
Ibu Chalimah   : “Terus iki mbok gawe model piye?”
Anggi              : “Niki mpun gadah gambar model teng handphone.”
Ibu Chalimah   : “Modele kok angel.”
Anggi              : “Model blazer niki kan nembe dados trend buk.”

B.     Analisa
Melihat pada data yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa banyak terdapat interferensi dalam percakapan antara Anggi, Niken dan Ibu Chalimah. Bedasarkan data percakapan yang ada, banyak ditemukan interferensi bahasa Inggris ke dalam bahasa Jawa, yaitu kata long dress, blazer, shopping, matching, handphone, dan trend yang merupakan kosakata bahasa Inggris.
Kata long dress dalam bahasa Inggris berarti gaun yang panjang, yang dalam bahasa Jawa sama artinya dengan gamis. Pembicara menggunakan kata long dress  dalam percakapannya dikarenakan di zaman globalisasi seperti sekarang ini lebih sering gamis lebih sering disebut dengan istilah long dress, sehingga pembicara kesulitan untuk menemukan padanan kata long dress dalam bahasa Jawa.
Kata blazer dalam bahasa Jawa dikenal dengan sebutan rompi. Kata shopping merupakan kata kerja bahasa Inggris yang dalam bahasa Jawa memiliki arti belanja atau tuku. Sedangkan  kata matching dalam bahasa indonesia berarti senada, yang cukup sulit untuk ditemukan padanan katanya dalam Bahasa Jawa. Kata handphone merupakan kata benda bahasa Inggris yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti telepon genggam. Dan kata trend adalah salah satu kosa kata bahasa Inggris yang telah diserap oleh bahasa Indonesia dan berintegrasi menjadi salah satu kosa kata dalam bahasa Indonesia yaitu “tren”.
Sama halnya dengan penggunaan kata long dress, penggunaan kata blazer, shopping, matching, handphone, dan trend dalam percakapan tersebuh juga dipengaruhi oleh faktor ketidak tahuan pembicara tentang padanan katanya dalam bahasa Jawa. Hal ini dikarenakan lebih seringnya digunakan kosakata bahasa Inggris tersebut dibandingkan dengan menggunakan kosakata aslinya dalam kehidupan sehari-hari.
Interferensi yang terjadi dalam percakapan diatas tergolong ke dalam bentuk interferensi dalam bidang Leksikal, yaitu apabila seorang dwibahasawan dalam peristiwa tutur memasukkan leksikal bahasa pertama ke dalam bahasa kedua atau sebaliknya. Jika dikaitkan pada data percakapan diatas, maka dapat diketahui bahwa terjadi interferensi dalam bidang leksikal berupa pemasukan leksikal (kosakata) bahasa Inggris ke dalam bahasa jawa.
Interferensi dalam bidang leksikal, dapat diklasifikasikan menjadi lima kelas kata, yaitu kelas kata verba (kata kerja), kelas kata adjektiva (kata sifat), kelas kata nomina (kata benda), kelas kata pronomina (kata ganti), dan kelas kata numeralia (kata bilangan).
Dalam kaitannya dengan percakapan di atas, maka kata long dress, blazer, dan handphone dapat digolongkan ke dalam interferensi leksikal pada kelas kata nomina karena berupa kata benda. Sedangkan kata matching dan trend dapat digolongkan ke dalam interferensi leksikal pada kelas kata adjektiva karena berupa kata sifat. Dan kata shopping dapat digolongkan ke dalam interferensi leksikal pada kelas kata verba karena berupa kata kerja.












DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer dan Leoni Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar sosiolinguistik, Bandung: PT Refika         Aditama,         2010.
Mahardi dan Kunjana, Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode, Yogyakarta: Pustaka   Pelajar, 2001.




[1] Abdul Chaer dan Leoni Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Hlm. 120.
                [2]  Mahardi, Kunjana, Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, Hlm. 164.
[3] Abdul Chaer dan Leoni Agustina, Op. Cit., Hlm. 122-123.
[4] Ibid., Hlm. 123.
[5] Ibid., Hlm. 123-126.
[6]Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar sosiolinguistik, Bandung: PT Refika Aditama, 2010, Hlm. 73-74.

Sabtu, 06 Februari 2016

Jumat, 29 Januari 2016

bidang garapan BK

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Secara umum bimbingan konseling telah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Setiap lembaga pendidikan selayaknya memiliki unit bimbingan dan konseling dalam upaya optimalisasi potensi pendidikan. Bimbingan konseling merupakan serangkaian program layana yang diberikan kepada peserta didik agar mereka mampu berkembang lebih baik.
Bimbingan merupakan proses bantuan kepada seseorang agar ia mampu memahami diri, menyesuaikan diri, dan mengembangkan diri sehingga mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia. Sedangkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara oleh seorang konselor terhadap individu guna mengatasi masalah atau mengoptimalisasi potensi yang dimiliki.
Dalam bidang layanan bimbingan dan konseling mempunyai tugas memberikan pelayanan agar siswa memperoleh kesejahteraan lahir batin dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya. Dengan demikian seluruh peserta didik berhak mendapatkan layanan guna optimalisasi potensi yang dimiliki siswa. Dalam pembahasan kali ini pemakalah akan menjelaskan tentang macam-macam dan tujuan bidang garapan bimbingan dan konseling.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dan macam-macam bidang garapan bimbingan dan konseling?
2.      Apa saja tujuan dari bidang garapan bimbingan dan konseling?







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi dan Macam-macam Bidang Garapan Bimbingan dan Konseling
Bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien yang perlu biubah untuk dikembangkan apabila hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaki.[1]
Dalam melaksanakan bimbingan dan konseling agar siswa dapat mengembangkan bakat, minat, dan keterampilan siswa, serta untuk mengatasi kesulitan belajar perlu adanya penerapan dalam berbagai bidang. Bidang-bidang garapan bimbingan dan konseling meliputi empat bidang:[2]
1.      Bidang Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi (personal guidance) adalah suatu bimbingan untuk membantu individu mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi
Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Bidang bimbingan pribadi ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:
a.       Penanaman dan pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b.      Penanaman dan pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif, produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranan di masa depan.
c.       Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.
d.      Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya.
e.       Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.
f.       Pengembangan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.
g.      Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.
2.      Bidang Bimbingan Sosial
Bimbingan social adalah suatu bimbingan atau bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah social seperti pergaulan, penyelesaian masalah konflik, penyesuaian diri dan sebagainya. Bimbingan social juga bermakna suatu bimbingan atau bantuan dari pembimbing kepada individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik.
Dalam bidang bimbingan social, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah berusaha membantu peserta didik mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. Bidang ini dirinci menjadi pokok-pokok berikut:
a.       Pengembangan dan pemantapan kemampuan berkomunikasi baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif.
b.      Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik di rumah, di sekolahan maupun di masyarakat dengan menjunjung tinggi tata karma, sopan santun serta nilai-nilai agama, adat, peraturan dan kebiasaan yang berlaku.
c.       Pengembangan dan pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan teman sebaya, baik di sekolah yang sama, di sekolah lain, di luar sekolah maupun dimasyarakat pada umumnya.
d.      Pengenalan, pemahaman dan pemantapan tentang peraturan, kondisi dan tuntutan sekolah, rumah dan lingkungan serta upaya dan kesadaran untuk melaksanakannya secara dinamis dan bertanggug jawab.
e.       Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta beragumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.
f.       Orientasi tentang hidup berkeluarga.
3.      Bidang Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar atau bimbingan akademik adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di institute pendidikan. Berdasarkan pengertian di atas, bimbingan belajar bisa bermakna suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (siswa) dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar.
Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun ke lapangan pekerjaan tertentu. Bidang bimbingan ini memuat pokok-pokok materi berikut:
a.       Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya, mengembangkan  keterampilan belajar, mengerjakan tugas-tugas pelajaran, dan menjalani program penilaian hasil belajar.
b.      Pengembangan dan pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok.
c.       Pemantapan menguasai materi program belajar di sekolah sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian.
d.      Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, social dan budaya yang ada di sekolah, lingkungan sekitar dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan kemampuan serta pengembangan pribadi.
e.       Orientasi dan informasi tentang pendidikan yang lebih tinggi, pendidikan tambahan.
4.      Bidang Bimbingan karier
Bimbingan karier merupakan bantuan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan (profesi) tertentu serta membekali diri agar siap memangku jabatan tersebut dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari lapangan pekerjaaan yang telah dimasuki. Dari pengertian di atas, bimbingan karier bisa bermakna suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (siswa) dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah karier.
Dalam bidang bimbingan karier ini, pelayanan bimbingan dan konseling ditujukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan pilihan karier. Bidang ini memuat pokok-pokok berikut:
a.       Pengenalan terhadap dunia kerja dan usaha untuk memperoleh  penghasilan serta untuk memenuhi kebutuhan hidup.
b.      Pengenalan dan pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan.
c.       Pengembangan dan pemantapan informasi tentang kondisi tuntunan dunia kerja, jenis-jenis pekerjaan tertentu, serta latihan kerja sesuai dengan pilihan karier.
d.      Pemantapan cita-cita karier sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan, serta pemantapan sikap positif dan obyektif terhadap pilihan karier.
B.     Tujuan Bidang-bidang Garapan Bimbingan dan Konseling
Terdapat berbagai tujuan dalam bidang garapan bimbingan dan konseling antara lain sebagai berikut:[3]
1.      Tujuan Bidang Bimbingan Pribadi
Bidang bimbingan pribadi mempunyai tujuan untuk membantu individu agar bisa memecahkan masalah-masalah yang bersifat pribadi. Menurut Depdikbud tujuan bidang bimbingan pribadi adalah untuk:
a.       Mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi
b.      Mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik.
Bimbingan pribadi juga bertujuan agar individu mampu mengatasi sendiri, mengambil sikap sendiri atau memecahkan masalah sendiri yang menyangkut keadaan batinnya sendiri. Dengan perkataan lain, agar individu mampu mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang.
2.      Tujuan Bidang Bimbingan Sosial
Bidang bimbingan social mempunyai tujuan utama yaitu agar individu yang dibimbing mampu melakukan interaksi social secara baik dengan lingkungannya. Bimbingan social juga bertujuan untuk membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masalah social, sehingga individu dapat menyesuaikan diri secara baik dan wajar dalam lingkungan sosialnya.
Dalam konteks manusia sebagai makhluk social dan sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Dahlan (1989) menyatakan bahwa tujuan bimbingan social adalah agar individu mampu mengembangkan diri secara optimal sebagai makhluk social dan makhluk ciptaan Allah SWT.
3.      Tujuan Bidang Bimbingan Belajar
Secara umum oleh karena siswa merupakan individu yang sedang dalam proses perkembangan, maka tujuan bimbingan belajar adalah membantu individu (siswa) agar mencapai perkembangan yang optimal, sehingga tidak menghambat perkembangan belajar siswa. Siswa yang perkembangannya terhambat atau terganggu akan berpengaruh terhadap perkembangan atau kemampuan belajarnya.
Selain tujuan secara umum di atas, secara lebih khusus berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan bimbingan belajar adalah agar siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar. Dalam konteks kemandirian, tujuan bimbingan belajar adalah agar siswa mandiri dalam belajar. 
4.      Tujuan Bidang Bimbingan Karier
Bidang bimbingan karier di sekolah atau madrasah mempunyai tujuan:
a.       Agar siswa memperoleh informasi tentang karier atau jabatan atau profesi tertentu.
b.      Agar siswa memperoleh pemahaman tentang karier atau pekerjaan atau profesi tertentu secara benar.
c.       Agar siswa mampu merencanakan dan membuat pilihan-pilihan karier tertentu kelak setelah selesai dari pendidikan.
d.      Agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan karier yang akan dipilihnya kelak.
e.       Agar siswa mampu mengembangkan karier setelah selesai dari pendidikannya.
Dengan perkataan lain, tujuan bimbingan karier di sekolah atau madrasah adalah agar siswa mampu memahami, merencanakan, memilih menyesuaikan diri, dan mengembangkan karier-karie tertentu setelah mereka tamat dari pendidikannya. Dengan demikian, bimbingan karier di sekolah atau di madrasah tidak secara langsung membantu siswa untuk berkarier tetapi lebih banyak bersifat informasi. Hal ini tentunya pengecualian bagi sekolah-sekolah kejuruan yang berorientasi karier, di mana selain siswa dibekali tentang aplikasi karier-karier tertentu, juga bimbingan bagaimana pemilihan, perencanaan, dan pengembangannya.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien yang perlu biubah untuk dikembangkan apabila hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaki.
Dalam melaksanakan bimbingan dan konseling agar siswa dapat mengembangkan bakat, minat, dan keterampilan siswa, serta untuk mengatasi kesulitan belajar perlu adanya penerapan dalam berbagai bidang. Terdapat beberapa bidang garapan dalam  bimbingan dan konseling, antara lain:
1.      Bidang Bimbingan Pribadi
2.      Bidang Bimbingan Sosial
3.      Bidang Bimbingan Belajar
4.      Bidang Bimbingan karier
Dan dari macam-macam bidang garapan bimbingan dan konseling tersebut secara umum terdapat tujuan dari bidang garapan tersebut antara lain:
1.      Untuk membantu individu agar bisa memecahkan masalah-masalah yang bersifat pribadi.
2.      Agar individu yang dibimbing mampu melakukan interaksi social secara baik dengan lingkungannya.
3.      Agar siswa mampu memahami, merencanakan, memilih menyesuaikan diri, dan mengembangkan karier-karie tertentu setelah mereka tamat dari pendidikannya.
4.      Membantu individu (siswa) agar mencapai perkembangan yang optimal, sehingga tidak menghambat perkembangan belajar siswa.

B.     Saran
Demikianlah hasil makalah yang dapat kami uraikan, semoga dapat member manfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk pembuatan makalah selanjutnya yang lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA

Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah (Berbagai Integrasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://nurafifah14.blogspot.co.id/2014/12/makalah-bimbingan-dan-konseling.htm. diakses pada tanggal 8 oktober 2015, pukul 09.45 WIB.




[1] http://nurafifah14.blogspot.co.id/2014/12/makalah-bimbingan-dan-konseling.htm. diakses pada tanggal 8 oktober 2015, pukul 09.45 WIB
[2] Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002, hlm.77-80
[3] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah (Berbagai Integrasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 123-131