ILMU
PENDIDIKAN ISLAM
DALAM
KONTEKS SOSIOLOGIS
Disusun Untuk
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Ahmad Fatah, M. Pd. I
Disusun Oleh :
1.
Rani Qoimatus Salafiyah (1310210009)
2.
Zia Nailil Muna (1310210010)
3.
M. Ainul Yaqin (1310210016)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
KUDUS
JURUSAN TARBIYAH (PBA)
TAHUN 2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sosiologi dapat menempatkan pendidikan agama Islam dalam segala kondisi
sosio kultur yang ada dalam masyarakat, sehingga tujuan Islam sebagai rahmatan
lil ‘alamin pun akan dapat tercapai. Memberikan panduan kepada pelaksana
pendidikan agama Islam untuk dapat melaksanakan peranannya dalam masyarakat.
Karena seorang pendidik tidak hanya bersinggungan dengan sekolah saja tapi juga
dengan masyarakat.
Dengan adanya sosiologi pendidikan di dalam pendidikan agama Islam, maka
dalam proses pendidikan akan berlangsung juga proses pelestarian warisan budaya
dan moral yang bersifat Islami dan mampu membawanya mencapai puncak tertinggi dalam
tingkatan kebudayaan. Melatih tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam
pendidikan agama Islam untuk memahami masyarakat dan latar belakang social dari
peserta didik, sehingga tenaga pendidik mampu melaksanakan tugasnya secara
maksimal dalam proses pembelajaran ataupun dalam menjawab pertanyaan yang ada
sesuai dengan tujuan pedidikan Islam
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian sosiologi pendidikan?
2.
Apa
saja lembaga pendidikan Islam dalam konteks sosiologis?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosiologi
Pendidikan
Secara
etimologi, sosiologi berasal dari kata Latin, socius dan kata Yunani logos.
Socius berarti kawan atau teman, logos berarti pengetahuan. Jadi,
sosiologi berarti pengetahuan tentang perkawanan atau perkawanan. Beberapa
definisi sosiologi pendidikan menurut beberapa ahli:[1]
1.
Menurut
H.P. Fairchild dalam bukunya Dictionary of Sosiology dikatakan bahwa
sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
2.
Menurut
Prof. Dr. S. Nasution, M.A., sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berusaha
untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu agar lebih baik
3.
Menurut
E.G. Payne, sosiologi pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala
aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
4.
Menurut
Drs. Ary H. Gunawan, sosiologi pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan
sosiologis.
Dari beberapa
definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang
mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika,
masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui
analisis ataupun pendekatan sosiologis.
Sosiologi
pendidikan merupakan sebuah kajian yang sangat penting bila mampu diterapkan
secara maksimal dalam dunia pendidikan agama Islam. Sosiologi pendidikan akan
menjadi sebuah ilmu pelengkap dalam dunia pendidikan agama Islam dalam hal
analisa dan pemecahan masalah yang ada dalam dunia pendidikan agama Islam,
serta akan mampu menjadi alat bantu pengembangan dalam dunia pendidikan agama
Islam menjadi lebih maju dan komples lagi.
Dalam dunia pendidikan agama Islam yang ada
di sekolah-sekolah atau madrasah, pondok pesantren, tidak dapat dilepaskan dari
kondisi sosio kultur yang ada dalam lingkungan tersebut. Disinilah peran dari
sosiologi pendidikan dapat dijalankan. Hal tersebut karena kondisi sosio kultur
merupakan salah satu hal penting yang mempengaruhi proses pendidikan agama
Islam. Misalnya pendidikan agama Islam yang ada di sekolah dengan yang ada di
madrasah yang masih dalam satu daerah sudah memiliki beberapa perbedaan.
Terlebih lagi jika dilihat pada pendidikan agama Islam yang ada di daerah yang
satu dengan daerah yang lain, tentulah akan sangat memiliki perbedaan yang
cukup besar. Terutama jika dikaitkan dengan tradisi dan adat istiadat yang ada
pada tiap daerah.
Dengan adanya sosiologi pendidikan dalam dunia pendidikan agama Islam, maka
pelaksanaan pendidikan agama Islam akan lebih baik lagi. Pendidikan agama Islam
yang menggunakan asas sosiologi pendidikan dalam penerapannya, maka akan memiliki
pandangan yang lebih luas lagi. Yakni ikut memperhatikan aspek sosio kultur
suatu daerah dalam penyampaiannya. Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa dalam
sosiologi pendidikan,juga memperhatikan mengenai system masyarakat yang ada,
kondisi lingkungan alam disekitarnya, sifat manusia-manusianya, bahkan karakter
mental yang dimiliki oleh penghuninya (seluruh warga sekolah).
B. Lembaga Pendidikan Islam dalam Konteks Sosiologis
1. Keluarga
a. Pengertian keluarga
Keluarga dalam islam dikenal dengan
istilah usrah, nasl, ‘ali, dan nasb. Dalam pandangan antropologi,
keluarga adalah suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai
makhluk sosial yang memiliki tempat tinggal dan ditandai dengan kerja sama
ekonomi, berkembang, mendidik, melindungi, merawat dan sebagainya. Inti
keluarga adalah ayah, ibu, dan anak.[2]
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan
pendidikan pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah anak mendapat
didikan dan bimbingan serta sebagian besar kehidupan anak itu ada dalam
keluarga sehingga pendidikan itu banyak diterima oleh anak, yang pada akhirnya
dapat mencetak seorang anak yang mempunyai kepribadian yang kemudian dapat
dikembangkan dalam lembaga-lembaga berikutnya.
b. Tugas keluarga dalam pendidikan
Tugas utama keluarga dalam pendidikan anak
adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlaq dan pandangan hidup
keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya
dan dari anggota keluarga yang lain.
Sedangkan menurut Al-Nahlawi kewajiban
orang tua dalam pendidikan anaknya adalah:
·
Menegakkan
hukum-hukum Allah SWT kepada anaknya
·
Merealisasikan
ketentraman dan kesejahteraan jiwa keluarga
·
Melaksanakan
perintah agama dan perintah Rosullah SAW
·
Mewujudkan
rasa cinta kepada anak-anak melalui pendidikan
c. Perbedaan corak pendidikan
Hasil pendidikan yang diberikan ayah dan
ibu memiliki perbedaan. Seperti yang kita lihat:
·
Ayah
Ayah merupakan
sumber kekuasaan yang memberikan pendidikan anaknya tentang manajemen dan
kepemimpinan yaitu sebagai penghubung keluarga dan masyarakat dengan memberikan
pendidikan komunikasi terhadap sesamanya, memberiakan perasaan aman dan
perlindungan sehingga ayah memberikan pendidikan sikap tanggung jawab dan
waspada. Di samping itu ayah sebagai hakim dan pengadilan dalam perselisihan
yang memberikan pendidikan anaknya berupa sikap tegas, menjunjung keadilan
tanpa memihak yang salah dan berlaku rasional dalam mendidik anaknya dan
menjadi dasa-dasar pengembangan daya nalar dan intelek, sehingga menghasilkan
kecerdasaan intelektual.
·
Ibu
Ibu sebagai
sumber kasih sayang yang memberikan sifat ramah tamah, ash, asih dan asuh
kepada anaknya. Disamping itu ibu sebagai pengatur kehidupan rumah tangga yang
memberiakan pendidikan berupa keterampilan-keterampilan khusus dan sebagai
penghubung antara individu yang dapat mendidik anaknya berupa hidup rukun,
gotong royong, ukuwah, toleransi dan menciptakan suasana dinamis, harmonis, dan
kreatif, serta sebagai pendidik bidang emosi anak yang dapat mendidik anaknya
bberupa kepekaan daya rasa dalam memandang sesuatu yang melahirkan kecerdasan
emosional.
Oleh karena itu ibu mempunyai peran utama
dalam pembinaan pendidikan anaknya dalam keluarga. Jangan sampai kedudukan ibu
menggantikan ayah, karena hal itu melanggar kodrat wanita dan merupakan
pelanggaran terhadap hukum-hukum dasar pemberian Allah SWT serta merupakan
penyimpangan dari tugas hidup manusia yang mengakibatkan emansipasi
wanita yang tidak sehat
2. Masjid
a. Pengertian Masjid
Masjid berasal dari kata Sajada yang artinya tempat sujud. Adapun
masjid (Masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti khusus. Masjid dalam
arti umum adalah semua tempat yang digunakan untuk sujud dinamakan masjid, oleh
karena itu kata Nabi, Tuhan menjadikan bumi ini sebagai masjid. Sedangkan
masjid dalam pengertian khusus untuk menjalankan ibadah, terutama shalat
berjamaah. Pengertian
ini juga mengerucut menjadi masjid yang digunakan untuk shalat jumat disebut
Masjid Jami. Karena shalat jumat diikuti oleh orang banyak, maka masjid Jami
biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan untuk shalat lima waktu,
bisa di perkampungan, bisa juga di kantor atau di tempat umum, dan biasanya
tidak terlalu besar atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan disebut Musholla,
artinya tempat shalat. Di beberapa daerah, musholla terkadang diberi nama langgar atau surau.[3]
b. Masjid Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Secara garis besar Implikasi masjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah:
· Mendidik anak untuk tetap beribadah kepada Allah SWT
· Menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan menanamkan solidaritas
sosial, serta menyadarkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai insane
pribadi, sosial dan warga Negara
· Memberikan rasa ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran potensi-potensi
rohani manusia melalui pendidikan kesabaran, perenungan, optimism, dan
mengadakan penelitian.
3. Pesantren
a. Pengertian Pesantren
Menurut para ahli pesantren baru dikatakan pesantren bila memenuhi lima
syarat yaitu (1) Ada kiai, (2) Ada pondok, (3) Ada masjid, (4) Ada santri, (5)
Ada pengajaran baca kitab kuning.[4]
b. Kemampuan Pesantren Dalam Mengontrol Perubahan Nilai
Abdul Rahman Wahid, orang yang dianggap cukup mengetahui hal ikhwal
pesantern, melaporkan Teori Geertz yang menurutnya kiai berperan sebagai
penyaring arus informasi yang masuk kelingkungan kaum santri, menularkan apa
yang dianggap berguna dan membangun apa yang dianggap merusak, teori ini
menetapkan kiai sebagai filter nilai. Selanjutnya dikatakan bahwa peranan
penyaring itu akan macet manakala arus imformasi yang masuk terlalu deras.
Dalam keadaan demikian kiai akan peranannya dalam merekayasa budaya. Kiai juga
ditemukan mempunyai peranan aktif selain meredam akibat perubahan yang dibawa
arus informasi juga mempelopori terjadinya perubahan masyarakat menurut caranya
sendiri.
Menurut Mastuhu, ada 10 prinsip yang berlaku pada pendidikan di pesantren.
Kesepuluh prinsip itu menggambarkan kira-kira 10 dari utama tujuan pendidikan
pesantren antara lain :[5]
·
Memiliki
kebijaksanaan menurut ajaran islam
Anak
didik dibantu agar mampu memahami makna hidup, keberadaan, peranan, serta
tanggung jawabnya dalam kehidupan di masyarakat.
·
Memiliki
kebebasan yang terpimpin
Setiap
manusia memiliki kebebasan, tetapi kebebasan itu harus dibatasi karena
kebebasan memiliki potensi anarkisme. Keterbatasan (ketidakbebasan) mengandung
kecenderungan mematikan kreativitas, karena itu pembatasan itu harus dibatasi.
Inilah yang berarti kebebasan yang terpimpin.
·
Berkemampuan
mengatur diri sendiri
Di
pesantren, santri mengatur sendiri kehidupannya menurut batasan yang diajarkan agama.
·
Memiliki
rasa kebersamaan yang tinggi
Dalam
pesantren berlaku prinsip dalam hal kewajiban, individu harus menunaikan
kewajiban lebih dahulu, sedangkan dalam hal hak, individu harus mendahulukan
kepentingan orang lain sebelum kepentingan diri sendiri.
·
Menghormati
orang tua dan guru
Tujuan
ini dikenal antara lain melalui penegakan berbagai pranata di pesantren seperti
mencium tangan guru, tidak membantah guru.
·
Cinta
kepada ilmu
Menurut
al-Qur’an, ilmu (pengetahuan) datang dari Allah. Karena itu orang-orang
pesantren cenderung memandang ilmu sebagai sesuatu yang suci dan tinggi.
·
Mandiri
Sejak
awal santri telah dilatih untuk mandiri. Metode sorogan yang individual juga
memberikan pendidikan kemandirian.
·
Kesederhanaan
Dilihat
secara lahiriah sederhana memang mirip dengan miskin. Padahal yang dimaksud
sederhana di pesantren adalah sikap hidup, yaitu memandang sesuatu terutama
materi secara wajar, proporsional,dan fungsional.
4. Madrasah
a. Pengertian Madrasah
Kata madrasah dalam bahasa Arab berarti tempat atau wahana untuk mengenyam
proses pembelajaran. Dalam bahasa Indonesia madrasah disebut dengan sekolah
yang berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pengajaran.[6]
Dari pengertian di atas maka jelaslah bahwa madrasah adalah wadah atau
tempat belajar ilmu-imu keislaman dan ilmu pengetahuan keahlian lainnya yang
berkembang pada zamannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa istilah
madrasah bersumber dari Islam itu sendiri.
b. Sistem Pendidikan dan Pengajaran Di Madrasah
Sistem pengajaran yang digunakan di madrasah adalah perpaduan antara sistem
pada pondok pesantren dengan sistem yang berlaku di sekolah-sekolah modern.
Penilaian untuk kenaikan tingkat ditentukan dengan penguasaan terhadap sejumlah
bidang pengajaran.tertentu.
Pada perkembangan selanjutnya sistem pondok mulai ditinggal, dan berdirilah
madrasah-madrasah yang mengikuti sistem yang sama dengan sekolah-sekolah
modern. Namun demikian pada tahap awal madrasah tersebut masih bersifat
diniyah, di mana mata pelajaran hanya agama dengan penggunaan kitab-kitab
bahasa arab.
Sebagai pengaruh dari ide-ide pembaharuan yang berkembang di dunia Islam
dan kebangkitan bangsa Indonesia, sedikit demi sedikit pelajaran umum masuk ke
dalam kurikulum madrasah. Buku-buku pelajaran agama mulai disusun khusus sesuai
dengan tingkatan madrasah, sebagai halnya buku-buku pengetahuan umum yang
belaku di sekolah-sekolah umum. Bahkan kemudian timbullah madrasah-madrasah
yang mengikuti sistem perjenjangan dalam bentuk sekolah-sekolah modern, seperti
Madrasah Ibtidaiyah untuk tingkat dasar, Madrasah Tsanawiyah untuk tingkat
menengah pertama, dan adapula Kuliah Muallimin (pendidikan guru) yang disebut
normal Islam.
Pada tahap selanjutnya penyesuaian tersebut semakin meningkat dan terpadu
dengan baik sehingga sukar untuk dipisahkan dan dibedakan antara keduanya,
kecuali madrasah yang langsung ditulis predikat Islamiyah. Kurikulum madrasah
atau sekolah-sekolah agama, mempertahankan agama sebagai mata pelajaran pokok,
walaupun dengan persentase yang berbeda. Pada waktu pemerintahan RI dalam hal
ini oleh Kementerian Agama mulai mengadakan pembinaan dan pengembangan terhadap
sistem pendidikan madrasah. Melalui Kementerian Agama, madrasah perlu
menentukan kriteria madrasah. Kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Agama untuk
madrasah-madrasah yang berada di dalam wewenangnya adalah harus memberikan
pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok, paling sedikit enam jam seminggu.
Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sistem
pendidikan dan pengajaran di madrasah merupakan perpaduan antara sistem yang
berlaku di pondok pesantren dengan sistem yang berlaku di sekolah-sekolah
modern.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan penegertian sosiologi pendidikan adalah ilmu
yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika,
masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam.
Lembaga pendidikan
Islam dalam konteks sosiologis antara lain:
1.
Keluarga
Tugas utama keluarga dalam pendidikan anak
adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlaq dan pandangan hidup
keagamaan.
2.
Masjid
Secara garis besar Implikasi
masjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah:
·
Mendidik anak untuk tetap
beribadah kepada Allah SWT
·
Menanamkan rasa cinta kepada ilmu
pengetahuan
·
Memberikan rasa ketentraman,
kekuatan, dan kemakmuran potensi-potensi rohani
3.
Pesantren
Ada 10 prinsip yang berlaku pada
pendidikan di pesantren: Memiliki
kebijaksanaan menurut ajaran islam, memiliki kebebasan yang terpimpin, berkemampuan
mengatur diri sendiri, memiliki rasa kebersamaan yang tinggi, menghormati orang
tua dan guru, cinta kepada ilmu, mandiri, dan kesederhanaan.
4. Madrasah
Pada dasarnya sistem pendidikan dan pengajaran di madrasah merupakan
perpaduan antara sistem yang berlaku di pondok pesantren dengan sistem yang
berlaku di sekolah-sekolah modern.
B. Saran
Demikianlah hasil
makalah kami, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk pembuatan
makalah selanjutnya yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Kahar Utsman, Sosiologi
Pendidikan, Kudus, 2009
Abdul
Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Pernada Mulia, 2006
Ahmad
Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: PT R
Tidak ada komentar:
Posting Komentar