KESALAHAN
BERPIKIR
A. KEKELIRUAN FORMAL
1.
Fallacy
of Four Terms (Kekeliruan Karena Menggunakan Empat Term)
Terjadi karena
term penengah diartikan ganda.
Contoh: Orang
yang berpenyakit menular harus diasingkan.
Orang berpenyakit panu adalah
membuat penularan penyakit,
Jadi dia harus diasingkan.
2.
Fallacy
of Undistributed Middle (Kekeliruan
Karena Kedua Term Penengah Tidak Mencakup)
Kekeliruan
berpikir karena tidak satu pun dari kedua term penengah mencakup.
Contoh: Orang
yang terlalu banyak belajar kurus,
Dia kurus sekali, karena itu
tentulah dia banyak belajar.
3.
Fallacy
of Illicit Process (Kekeliruan Karena Proses Tidak
Benar)
Kekeliruan
berpikir karena term premis tidak mencakup (Undistributed) tetapi dalam
konklusi mencakup.
Contoh: Kuda
adalah binatang, sapi bukan kuda, jadi ia bukan binatang.
4.
Fallacy
of Two Negative Premises (Kekeliruan
Karena Menyimpulkan dari Dua Premis yang Negatif)
Kekeliruan
berpikir karena mengambl kesimpulan dari 2 premis negatif.
Contoh: Tidak
satu pun barang yang baik itu murah,
Semua barang di toko itu adalah tidak murah,
Jadi kesemua barang di toko itu adalah baik.
5.
Fallacy
of Affirming the Consequent (Kekeliruan
Karena Mengakui Akibat)
Kekeliruan
berpikir dalam silogisme hipotetika karena membenarkan akibat kemudian
membenarkan pula sebabnya.
Contoh: Bila
pecah perang harga barang- barang naik,
Sekarang harga barang naik, jadi perang telah
pecah.
6.
Fallacy
of Denying Antecedent (Kekeliruan
Karena Menolak Sebab)
Kekeliruan
berpikir dalam silogisme hipotetika karena mengingkari sebab kemudian
disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana,
Contoh:
Bila datang elang maka ayam berlarian,
Sekarang elang tidak datang, jadi ayam tidak
berlarian.
7.
Fallacy
of Disjunction (Kesalahan dalam Bentuk Disyungtif)
Kekeliruan
berpikir dalam silogisme disyungtif karena mengingkari alternatif pertama,
kemudian membenarkan alternatif lain.
Contoh: Dia
menulis cerita atau pergi ke Surabaya,
Dia tidak pergi ke Surabaya, jadi ia tentu
menulis cerita.
8.
Fallacy
of Inconsistency (Kekeliruan Karena tidak Konsisten)
Kekeliruan
berpikir karena ttidak runtutnya pernyataan yang satu dengan pernyataan yang
diakui sebelumnya.
Contoh:
Tuhan adalah Maha kuasa, karena itu Ia bisa menciptakan tuhan lain yang lebih
kuasa dari Dia.
B. KEKELIRUAN INFORMAL
1.
Fallacy
of Hasty Generalization (Kekeliruan
Karena Membuat Generalisasi yang Terburu- buru)
Mengambil
kesimpulan umum dari kasus individual yang terlampau sedikit, sehingga
kesimpulan yang ditarik melampaui batas lingkungannya.
Contoh: Dia
orang Islam mengapa membunuh. Kalau begitu orang Islam memang jahat.
2.
Fallacy
of Forced Hypothesis (Kekeliruan Karena Memaksakan
Praduga)
Kekeliruan
berpikir karena menetapkan kebenaran suatu dugaan.
Contoh:
Seorang pegawai datang ke kantor dengan luka goresan di pipinya. Seseorang
menyatakan bahwa istrinyalah yang melukainya dalam suatu percekcokan karena
diketahuinya selama ini orang itu kurang harmonis hubungannya dengan istrinya,
padahal sebenranya karena goresan besi pagar.
3.
Fallacy
of Begging the Question (Kekeliruan
Karena Mengundang Permasalahan)
Kekeliruan
berpikir karena mengambil konklusi dari premis yang sebenarnya harus dibuktikan
dahulu kebenarannya.
Contoh: Allah
itu mesti ada karena ada bumi.
(Di sini orang akan membuktikan
bahwa Allah itu ada dengan dasar adanya bumi, tetapi tidak dibuktikan bahwa
bumi adalah ciptaan Allah).
4.
Fallacy
of Circular Argument (Kekeliruan Karena Menggunakan
Argumen yang Berputar)
Kekeliruan
berpikir karena menarik konklusi dari satu premis kemudian konklusi tersebut
dijadikan sebagai premis, sedangkan premis semula dijadikan konklusi pada
argumen sebelumnya.
Contoh:
Ekonomi negara X tidak baik karena
banyak pegawai yang korupsi. Mengapa banyak pegawai yang korupsi? Jawabnya
karena ekonomi negara kurang baik.
5.
Fallacy
of Argumentative Leap (Kekeliruan Karena Berganti Dasar)
Kekeliruan
berpikir karena mengambil kesimpulan yang tidak diturunkan dari premisnya. Jadi
mengambil kesimpulan melompat dari dasar semula.
Contoh: Ia
kelak menjadi mahaguru yang cerdas, sebab orang tuanya kaya.
6.
Fallacy
of Appealing to Authority (Kekeliruan
Karena Mendasarkan pada Otoritas)
Kekeliruan berpikir
karena mendasarkan diri pada kewibawaan atau kehormatan seseorang tetapi
dipergunakan untuk permasalahan di luar otoritas ahli tersebut.
Contoh:
Bangunan ini sungguh kokoh, sebab dokter Haris mengatakan demikian.
(Dokter Haris
adalah ahli kesehatan, bukan insinyur bangunan).
7.
Fallacy
of Appealing to Force (Kekeliruan
Karena Mendasarkan Diri pada Kekuasaan)
Kekeliruan
berpikir karena berargumen dengan kekuasaan yang di miliki, seperti menolak
pendapat/ argumen seseorang dengan menyatakan:
Kau masih juga membantah
pendapatku. Kau baru satu tahun duduk di bangku perguruan tinggi, aku sudah 5
tahun.
8.
Fallacy
of Abusing (kekeliruan Karena Menyerang Pribadi)
Kekeliruan
berpikir karena menolak argumen yang dikemukakan seseorang dengan menyerang
pribadinya.
Contoh: Dia
adalah seorang brutal, jangan dengarkan pendapatnya.
9.
Fallacy
of Ignorance (Kekeliruan Karena Kurang Tahu)
Kekeliruan berpikir
karena menganggap bila lawan bicara tidak bisa membuktikan kesalahan
argumentasinya, dengan sendirinya argumentasi yang dikemukakan benar.
Contoh:
Kalau kau tidak bisa membuktikan bahwa hantu itu ada maka teranglah pendapatku
benar, bahwa hantu itu tidak ada.
10.
Fallacy
of Complex Question (Kekeliruan Karena Pertanyaan yang
Ruwet)
Kekeliruan berpikir karena mengajukan pertanyaan
yang menjebak.
Contoh: Jam berapa kau pulang semalam?
(Yang ditanya sebenarnya
tidak pergi. Penanya hendak memaksakan pengakuan bahwa yang di tanya semalam
pergi).
11.
Fallacy
of Oversimplification (Kekeliruan
Karena Alasan Terlalu Sederhana)
Kekeliruan
berpikir karena berargumentasi dengan alasan yang tidak kuat atau tidak cukup
bukti.
Contoh:
Kendaraan buatan Honda adalah terbaik, karena paling banyak peminatnya.
12.
Fallacy
of Accident (Kekeliruan Karena Menetapkan Sifat)
Kekeliruan
berpikir karena menetapkan sifat bukan keharusan yang ada pada suatu benda
bahwa sifat itu tetap ada selamanya.
Contoh:
Daging yang kita makan hari ini adalah dibeli kemarin.
Daging yang dibeli kemarin adalah
daging mentah.
Jadi hari ini kita makan daging
mentah.
13.
Fallacy
of Irrelevant Argument (Kekeliruan
Karena Argumen yang Tidak Relevan)
Kekeliruan
berpikir karena mengajukan argumen yang tidak ada hubungannya dengan masalah
yang menjadi pokok pemnicaraan.
Contoh:
Pisau silet itu berbahaya daripada peluru, karena tangan kita seringkali
teriris oleh pisau silet dan tidak pernah oleh peluru.
14.
Fallacy
of False Analogy (Kekeliruan Karena Salah Mengambil
Analogi)
Kekeliruan
berpikir karena menganalogikan dua permasalahan yang kelihatan mirip, tetapi
sebenarnya berbeda secara mendasar.
Contoh:
Seniman patung memerlukan bahan untuk menciptakan karya-karya seni, maka Tuhan
pun memerlukan bahan dalam mencipta alam semesta.
15.
Fallacy
of Appealing to Pity (Kekeliruan Karena Mengundang Belas
Kasihan)
Kekeliruan
pikir ini sering digunakan dalam peradilan oleh pembela atau terdakwa, agar
hakim memberikan putusan yang sebaik-baiknya.
Contoh:
Pembelaan Clarence Darrow, seorang penasihat hukum terhadap Thomas I Kidd yang
dituduh bersekongkol dalam beberapa perbuatan kriminal dengan mengatakan
sebagai berikut:
Saya sampaikan pada anda (para
yuri), bukan untuk kepentingan Thomas Kidd tetapi menyangkut permasalahan yang
panjang, ke belakang ke masa yang sudah lampau maupun ke depan ke masa yang
akan datang, yang menyangkutseluruh manusia di bumi. Saya katakan pada anda
bukan untuk Kidd, tetapi untuk mereka yang bangun pagi sebelum dunia menjadi
terang dan pulang malam hari setelah langit diterangi bintang-bintang,
mengorbankan kehidupan dan kesenangannya, bekerja berat demi terselenggaranya
kemakmuran dan kebesaran, saya sampaikan pada anda demi anak-anak yang sekarang
hidup maupun yang akan lahir.
C. KEKELIRUAN KARENA PENGGUNAAN BAHASA
1.
Fallacy
of Composition (Kekeliruan Karena Komposisi)
Kekeliruan
berpikir karena menetapkan sifat yang ada pada bagian untuk menyifati
keseluruhannya.
Contoh:
Mur ini sangat ringan, karena itu mesinnya tentu ringan juga.
2.
Fallacy
of Division (Kekeliruan dalam Pembagian)
Kekeliruan
berpikir karena menetapkan sifat yang ada pada keseluruhannya, maka demikian
juga setiap bagiannya.
Contoh:
Kompleks ini dibangun di atas tanah yang luas, tentulah kamar tidurnya juga
luas.
3.
Fallacy
of Accent (Kekeliruan Karena Tekanan)
Kekeliruan
berpikir karena kekeliruan memberikan tekanan dalam pengucapan.
Contoh:
Kita tidak boleh membicarakan kejelekan, kawan.
(Yang dimaksud, kita dilarang
membicarakan kejelekan kawan kita. Tetapi dengan memberi tekanan pada
kejelekan, maknanya menjadi lain.
4.
Fallacy
of Amphiboly (Kekeliruan Karena Amfiboli)
Kekeliruan
berpikir karena menggunakan susunan kalimat yang dapat ditafsirkan
berbeda-beda.
Contoh:
Seorang anak muda datang kepada seorang peramal apakah judi yang pertama kali
ia ikuti nanti malam akan menang atau kalah, ia mendapat jawaban: Anda akan
mendapat pengalaman yang bagus. Atas jawaban ini ia sangat puas dan
menyimpulkan ia akan menang dalam perjudian. Ternyata ia kalah. Waktu ia
kembali ke tempat tukang ramal dan menanyakan mengapa ramalannya meleset,
tukang ramal itu menjawab: Saya benar, sebab dengan kekalahan itu anda mendapat
pengalaman yang bagus, bahwa berjudi itu membawa penderitaan.
5.
Fallacy
of Equivocation (Kekeliruan Karena Menggunakan Kata
dalam Beberapa Arti)
Kekeliruan
berpikir karena menggunakan kata yang sama dengan arti lebih dari satu.
Contoh:
Menunggu satu ¼ jam adalah lama, maka menggarap soal ujian ¼ jam adalah lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar