Kamis, 19 November 2015

kesalahan berfikir

KESALAHAN BERPIKIR

A.  KEKELIRUAN FORMAL
1.    Fallacy of Four Terms (Kekeliruan Karena Menggunakan Empat Term)
Terjadi karena term penengah diartikan ganda.
Contoh: Orang yang berpenyakit menular harus diasingkan.
              Orang berpenyakit panu adalah membuat penularan penyakit,
              Jadi dia harus diasingkan.
2.    Fallacy of Undistributed Middle (Kekeliruan Karena Kedua Term Penengah Tidak Mencakup)
Kekeliruan berpikir karena tidak satu pun dari kedua term penengah mencakup.
Contoh: Orang yang terlalu banyak belajar kurus,
              Dia kurus sekali, karena itu tentulah dia banyak belajar.
3.    Fallacy of Illicit Process (Kekeliruan Karena Proses Tidak Benar)
Kekeliruan berpikir karena term premis tidak mencakup (Undistributed) tetapi dalam konklusi mencakup.
Contoh: Kuda adalah binatang, sapi bukan kuda, jadi ia bukan binatang.
4.      Fallacy of Two Negative Premises (Kekeliruan Karena Menyimpulkan dari Dua Premis yang Negatif)
Kekeliruan berpikir karena mengambl kesimpulan dari 2 premis negatif.
Contoh: Tidak satu pun barang yang baik itu murah,
              Semua barang di toko itu adalah tidak murah,
              Jadi kesemua barang di toko itu adalah baik.
5.      Fallacy of Affirming the Consequent (Kekeliruan Karena Mengakui Akibat)
Kekeliruan berpikir dalam silogisme hipotetika karena membenarkan akibat kemudian membenarkan pula sebabnya.
Contoh: Bila pecah perang harga barang- barang naik,
              Sekarang harga barang naik, jadi perang telah pecah.
6.      Fallacy of Denying Antecedent (Kekeliruan Karena Menolak Sebab)
Kekeliruan berpikir dalam silogisme hipotetika karena mengingkari sebab kemudian disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana,
Contoh: Bila datang elang maka ayam berlarian,
 Sekarang elang tidak datang, jadi ayam tidak berlarian.
7.      Fallacy of Disjunction (Kesalahan dalam Bentuk Disyungtif)
Kekeliruan berpikir dalam silogisme disyungtif karena mengingkari alternatif pertama, kemudian membenarkan alternatif lain.
Contoh: Dia menulis cerita atau pergi ke Surabaya,
              Dia tidak pergi ke Surabaya, jadi ia tentu menulis cerita.
8.      Fallacy of Inconsistency (Kekeliruan Karena tidak Konsisten)
Kekeliruan berpikir karena ttidak runtutnya pernyataan yang satu dengan pernyataan yang diakui sebelumnya.
Contoh: Tuhan adalah Maha kuasa, karena itu Ia bisa menciptakan tuhan  lain yang lebih
 kuasa dari Dia.
B.  KEKELIRUAN INFORMAL
1.    Fallacy of Hasty Generalization (Kekeliruan Karena Membuat Generalisasi yang Terburu- buru)
Mengambil kesimpulan umum dari kasus individual yang terlampau sedikit, sehingga kesimpulan yang ditarik melampaui batas lingkungannya.
Contoh: Dia orang Islam mengapa membunuh. Kalau begitu orang Islam memang jahat.
2.    Fallacy of Forced Hypothesis (Kekeliruan Karena Memaksakan Praduga)
Kekeliruan berpikir karena menetapkan kebenaran suatu dugaan.
Contoh: Seorang pegawai datang ke kantor dengan luka goresan di pipinya. Seseorang menyatakan bahwa istrinyalah yang melukainya dalam suatu percekcokan karena diketahuinya selama ini orang itu kurang harmonis hubungannya dengan istrinya, padahal sebenranya karena goresan besi pagar.
3.    Fallacy of Begging the Question (Kekeliruan Karena Mengundang Permasalahan)
Kekeliruan berpikir karena mengambil konklusi dari premis yang sebenarnya harus dibuktikan dahulu kebenarannya.
Contoh: Allah itu mesti ada karena ada bumi.
              (Di sini orang akan membuktikan bahwa Allah itu ada dengan dasar adanya bumi, tetapi tidak dibuktikan bahwa bumi adalah ciptaan Allah).
4.    Fallacy of Circular Argument (Kekeliruan Karena Menggunakan Argumen yang Berputar)
Kekeliruan berpikir karena menarik konklusi dari satu premis kemudian konklusi tersebut dijadikan sebagai premis, sedangkan premis semula dijadikan konklusi pada argumen sebelumnya.
Contoh: Ekonomi negara X  tidak baik karena banyak pegawai yang korupsi. Mengapa banyak pegawai yang korupsi? Jawabnya karena ekonomi negara kurang baik.
5.    Fallacy of Argumentative Leap (Kekeliruan Karena Berganti Dasar)
Kekeliruan berpikir karena mengambil kesimpulan yang tidak diturunkan dari premisnya. Jadi mengambil kesimpulan melompat dari dasar semula.
Contoh: Ia kelak menjadi mahaguru yang cerdas, sebab orang tuanya kaya.
6.    Fallacy of Appealing to Authority (Kekeliruan Karena Mendasarkan pada Otoritas)
Kekeliruan berpikir karena mendasarkan diri pada kewibawaan atau kehormatan seseorang tetapi dipergunakan untuk permasalahan di luar otoritas ahli tersebut.
Contoh: Bangunan ini sungguh kokoh, sebab dokter Haris mengatakan demikian.
(Dokter Haris adalah ahli kesehatan, bukan insinyur bangunan).
7.    Fallacy of Appealing to Force (Kekeliruan Karena Mendasarkan Diri pada Kekuasaan)
Kekeliruan berpikir karena berargumen dengan kekuasaan yang di miliki, seperti menolak pendapat/ argumen seseorang dengan menyatakan:
              Kau masih juga membantah pendapatku. Kau baru satu tahun duduk di bangku perguruan tinggi, aku sudah 5 tahun.
8.    Fallacy of Abusing (kekeliruan Karena Menyerang Pribadi)
Kekeliruan berpikir karena menolak argumen yang dikemukakan seseorang dengan menyerang pribadinya.
Contoh: Dia adalah seorang brutal, jangan dengarkan pendapatnya.
9.    Fallacy of Ignorance (Kekeliruan Karena Kurang Tahu)
Kekeliruan berpikir karena menganggap bila lawan bicara tidak bisa membuktikan kesalahan argumentasinya, dengan sendirinya argumentasi yang dikemukakan benar.
Contoh: Kalau kau tidak bisa membuktikan bahwa hantu itu ada maka teranglah pendapatku benar, bahwa hantu itu tidak ada.

10.    Fallacy of Complex Question (Kekeliruan Karena Pertanyaan yang Ruwet)
  Kekeliruan berpikir karena mengajukan pertanyaan yang menjebak.
  Contoh: Jam berapa kau pulang semalam?
                     (Yang ditanya sebenarnya tidak pergi. Penanya hendak memaksakan pengakuan bahwa yang di tanya semalam pergi).
11.    Fallacy of Oversimplification (Kekeliruan Karena Alasan Terlalu Sederhana)
Kekeliruan berpikir karena berargumentasi dengan alasan yang tidak kuat atau tidak cukup bukti.
Contoh: Kendaraan buatan Honda adalah terbaik, karena paling banyak peminatnya.
12.    Fallacy of Accident (Kekeliruan Karena Menetapkan Sifat)
Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat bukan keharusan yang ada pada suatu benda bahwa sifat itu tetap ada selamanya.
Contoh: Daging yang kita makan hari ini adalah dibeli kemarin.
              Daging yang dibeli kemarin adalah daging mentah.
              Jadi hari ini kita makan daging mentah.
13.    Fallacy of Irrelevant Argument (Kekeliruan Karena Argumen yang Tidak Relevan)
Kekeliruan berpikir karena mengajukan argumen yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang menjadi pokok pemnicaraan.
Contoh: Pisau silet itu berbahaya daripada peluru, karena tangan kita seringkali teriris oleh pisau silet dan tidak pernah oleh peluru.
14.    Fallacy of False Analogy (Kekeliruan Karena Salah Mengambil Analogi)
Kekeliruan berpikir karena menganalogikan dua permasalahan yang kelihatan mirip, tetapi sebenarnya berbeda secara mendasar.
Contoh: Seniman patung memerlukan bahan untuk menciptakan karya-karya seni, maka Tuhan pun memerlukan bahan dalam mencipta alam semesta.
15.    Fallacy of Appealing to Pity (Kekeliruan Karena Mengundang Belas Kasihan)
Kekeliruan pikir ini sering digunakan dalam peradilan oleh pembela atau terdakwa, agar hakim memberikan putusan yang sebaik-baiknya.
Contoh: Pembelaan Clarence Darrow, seorang penasihat hukum terhadap Thomas I Kidd yang dituduh bersekongkol dalam beberapa perbuatan kriminal dengan mengatakan sebagai berikut:
              Saya sampaikan pada anda (para yuri), bukan untuk kepentingan Thomas Kidd tetapi menyangkut permasalahan yang panjang, ke belakang ke masa yang sudah lampau maupun ke depan ke masa yang akan datang, yang menyangkutseluruh manusia di bumi. Saya katakan pada anda bukan untuk Kidd, tetapi untuk mereka yang bangun pagi sebelum dunia menjadi terang dan pulang malam hari setelah langit diterangi bintang-bintang, mengorbankan kehidupan dan kesenangannya, bekerja berat demi terselenggaranya kemakmuran dan kebesaran, saya sampaikan pada anda demi anak-anak yang sekarang hidup maupun yang akan lahir.

C.  KEKELIRUAN KARENA PENGGUNAAN BAHASA
1.    Fallacy of Composition (Kekeliruan Karena Komposisi)
Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat yang ada pada bagian untuk menyifati keseluruhannya.
Contoh: Mur ini sangat ringan, karena itu mesinnya tentu ringan juga.
2.    Fallacy of Division (Kekeliruan dalam Pembagian)
Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat yang ada pada keseluruhannya, maka demikian juga setiap bagiannya.
Contoh: Kompleks ini dibangun di atas tanah yang luas, tentulah kamar tidurnya juga luas.
3.    Fallacy of Accent (Kekeliruan Karena Tekanan)
Kekeliruan berpikir karena kekeliruan memberikan tekanan dalam pengucapan.
Contoh: Kita tidak boleh membicarakan kejelekan, kawan.
       (Yang dimaksud, kita dilarang membicarakan kejelekan kawan kita. Tetapi dengan memberi tekanan pada kejelekan, maknanya menjadi lain.
4.    Fallacy of Amphiboly (Kekeliruan Karena Amfiboli)
Kekeliruan berpikir karena menggunakan susunan kalimat yang dapat ditafsirkan berbeda-beda.
Contoh: Seorang anak muda datang kepada seorang peramal apakah judi yang pertama kali ia ikuti nanti malam akan menang atau kalah, ia mendapat jawaban: Anda akan mendapat pengalaman yang bagus. Atas jawaban ini ia sangat puas dan menyimpulkan ia akan menang dalam perjudian. Ternyata ia kalah. Waktu ia kembali ke tempat tukang ramal dan menanyakan mengapa ramalannya meleset, tukang ramal itu menjawab: Saya benar, sebab dengan kekalahan itu anda mendapat pengalaman yang bagus, bahwa berjudi itu membawa penderitaan.
5.    Fallacy of Equivocation (Kekeliruan Karena Menggunakan Kata dalam Beberapa Arti)
Kekeliruan berpikir karena menggunakan kata yang sama dengan arti lebih dari satu.

Contoh: Menunggu satu ¼ jam adalah lama, maka menggarap soal ujian ¼ jam adalah lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar