LANGKAH-LANGKAH BIMBINGAN KONSELING
Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu : Mubasyaroh, M. Ag.

Disusun oleh :
Kelompok VIII
1.
Rani Qoimatus Salafiyah :
1310210009
2.
Anggita Setia Dewi :
1310210023
![]() |
|
![]() |
SEKOLAH
TINGGI ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH (PBA / A)
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada pembahasan-pembahasan sebelumnya telah dijelaskan
mengenai pengertian bimbingan dan konseling. Dan telah dijelaskan pula bahwa
bimbingan dan konseling merupakan suatu proses, dan dalam praktik bimbingan dan
konseling akan menempuh tahap-tahap tertentu. Dalam setiap tahapannya akan
menggunakan teknik-teknik tertentu pula. Telah disebutkan bahwa konseling
merupakan salah satu teknik dalam bimbingan.
Dalam
menyelesaikan masalah dari klien atau konseling, memang diperlukan suatu
posedur atau langkah-langkah yang harus dilalui. Prosedur atau langkah-langkah
tersebut dilakukan dengan tujuan agar seorang konselor dapat menyelesaikan
masalah dari klien atau konseli dengan baik, maksimal, dan sukses. Apabila
prosedur atau langkah-langkah tersebut tidak dilakukan atau dilakukan tetapi
kurang sesuai atau kurang maksimal, maka hasinya juga tidak maksimal. Akibatnya,
konselor tidak dapat membantu menyelesaikan masalah dari klien dengan sukses.
Mengenai
langkah-langkah bimbingan konseling,
terdapat beberapa pendapat. Oleh karena itu, di dalam makalah ini, penulis akan
menyajikan sebuah kajian mengenai langkah-langkah bimbingan konseling dari
beberapa pendapat tokoh.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana langkah-langkah bimbingan
konseling menurut Thohirin?
2.
Bagaimana langkah-langkah bimbingan
konseling menurut Namora Lumongga Lubis?
3.
Bagaimana langkah-langkah bimbingan
konseling menurut Bimo Walgito?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Langkah-langkah
Bimbingan Konseling Menurut Thohirin
Menurut
Thohirin, langkah-langkah bimbingan
konseling ada 7 yaitu:[1]
1. Menentukan
Masalah
Menentukan
masalah dalam proses konseling dapat dilakukan terlebih dahulu melakukan
identifikasi masalah (identifikasi kasus-kasus) yang dialami oleh klien
(siswa). Berdasarkan identifikasi masalah yang dialami, dpat diketahui bahwa
siswa memiliki beberapa jenis masalah. Untuk menentukan masalah yang mana untuk
dipecahkan harus menggunakan prinsip skala prioritas. Penetapan skal prioritas
ditentukan atas dasar akibat atau dampak yang lebih besar terjadi apabila
masalah tersebut tidak dipecahkan. Berdasarkan identifikasi masalah di atas,
misalnya pembimbing (konselor) menetapkan masalah “prestasi belajar menurun”
untuk diprioritaskan dipecahkan melalui layanan konseling. Alasannya karena
siswa statusnta sebagai pelajar, apabila tidak segera dibantu, dikhawatirkan ia
tidak lulus sekolah. Mudah-mudahan dengan terpecahnya masalah “prestasi
menurun” masalah-maslah yang lain juga menjadi berkurang.
2.
Pengumpulan data
Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalan konseling,
selanjutnya adalah mengumpulan data siswa yang bersangkutan. Data siswa yang
bersangkutan harus secara komprehensif (menyeluruh) yang meliputi: data diri,
data orang tua (ayah ibu), data pendidikan, data kesehatan, dan data
lingkungan.
Data-data sisiwa di atas dapat dikumpulkan dengan cara tes dan nontea. Pengumpulan
data siswa dengan tes dapat mencakup: tes kecerdasan (IQ), tes hasil belajar,
tes bakat, minat, dan lain sebagainya. Pengumpulan data siswa dengan cara
nontes seperti: observasi atau pengamatan, angket atau daftar isian (untuk
orang tua siswa), wawancara, sosiometri, biografi atau catatan harian,
pemeriksaan fisik atau kesehatan, studi kasusu, kunjungan rumah, dan lain
sebagainya.
3.
Analisis data
Data-data siswa yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data hasil
tes bisa dianalisis secara kuantitatif dan hasil nontes dapat dianalisis secara
kualitatif.
4.
Diagnosis
Diagnosis merupakan usaha pembimbing (konselor) menetapkan latar belakang
masalah atau factor-faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa (klien).
Misalnya pada contoh di atas adalah pembimbing (konselor) mencari faktor-faktor
penyebab timbulnya masalah pada siswa, yakni faktor-faktor penyebab prestasi
belajar siswa rendah dan dikucilkan dari pergaulan oleh teman-teman di sekolah
dan madrasah.
5. Prognosis
Setelah diketahui faktor-faktor
penyebab timbulnya masalah pada siswa, selanjutnya pembimbing atau konselor
menetapkan langkah-langkah bantuan yang akan diambil. Jenis bantuan apa yang bisa diberikan sesuai dengan masalah yang dihadapi
oleh siswa.
6.
Terapi
Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan selanjutnya
adalah melaksanakan jenis bantuan yang telah diterapkan. Pembimbing atau
konselor melaksanakan bantuan belajar atau bantuan sosial yang telah ditetapkan
untuk memecahkan masalah siswa.
7.
Evaluasi atau follow up
Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang telah diberikan
memperoleh hasil atau tidak. Apakah pelaksanaan pemberian bimbingan belajar dan
sosial kepada siswa telah memberikan hasil di mana pretasi belajar siswa
meningkat atau perilaku siswa berubah sehingga mulai disenangi teman-temannya
atau belum.apakah sudah memberikan hasil apa langkah-langkah selanjutnya yang
perlu diambil? Begitu juga sebaliknya apabila belum berhasil.
B.
Langkah-langkah
Bimbingan Konseling Menurut Namora Lumongga Lubis
Menurut Abrego, Brammer, Shostrom dalam buku Dasar-dasar Konseling dan
Psikoterapi milik Namora Lumongga Lubis, memberikan langkah-langkah konseling sebagai berikut:[2]
1.
Membangun
Hubungan
Membangun hubungan dijadikan langkah
pertama dalam konseling, karena klien dan konselor harus saling mengenal dan menjalin kedekatan
emosinal sebelum sampai pada pemecahan masalahnya. Pada tahapan ini, konselor
harus menunjukkan bahwa ia dapat dipercaya dan kompeten dalam menangani masalah
klien. Menurut Willis dalam buku Dasar-dasar Konseling dan Psikoterapi
milik Namora Lubis Lumongga, mengatakan bahwa dalam hubungan konseling harus
berbentuk a working relationship yaitu
hubungan yang berfungsi, bermakna, dan berguna. Konselor dan klien saling terbuka satu sama lain tanpa ada
kepura-puraan. Selain itu, konselor dapat melibatkan klien terus menerus dalam
proses konseling. Keberhasilan pada tahap ini menentukan keberhasilan langkah
konseling selanjutnya.
Membangun hubungan konseling juga
dapat dimanfaatkan konselor untuk menentukan sejauh mana klien mengetahui
kebutuhannya dan harapan apa yang ingin ia capai dalam konseling. Konselor juga
dapat meminta klien agar berkomitmen menjalani konseling dengan sungguh-sungguh.
Meminta kesediaan klien melakukan komitmen perlu dilakukan untuk mencegah klien
menghindar atau menolak komitmen yang telah disepakati.
2.
Identifikasi
dan penilaian masalah
Apabila hubungan konseling telah berjalan baik, maka
langkah selanjutnya adalah memulai mendiskusikan sasaran-sasaran spesifik dan
tingkah laku seperti apa yang menjadi ukuran keberhasilan konseling. Konselor
memperjelas tujuan yang ingin dicapai oleh mereka berdua. Hal yang penting
dalam langkah ini adalah bagaimana keterampilan konselor dapat mengangkat isu
dan masalah yang dihadapi klien. Pengungkapan
masalah klien kemudian diidentifikasi dan didiagnosa secara cermat.
Seringkali klien tidak begitu jelas mengungkapkan masalahnya. Apabila ini
terjadi konselor harus membantu klien mendefinisikan masalahnya secara tepat
agar tidak terjadi kekeliruan dalam diagnosis.
3.
Memfasilitasi
perubahan konseling
Dalam langkah ini konselor mulai memikirkan alternatif
pendekatan dan strategi yang akan digunakan agar sesuai dengan masalah klien.
Harus dipertimbangkan pula bagaimana konsekuensi dari alternatif dan strategi
tersebut. Jangan sampai pendekatkan dan strategi yang digunakan bertentangan
dengan nilai-nilai yang terdapat pada diri klien, karena akan menyebabkan klien
otomatis menarik dirinya dan menolak terlibat dalam proses konseling.
Ada beberapa strategi menurut Willis yang dikutip oleh Namora Lumongga
Lubis untuk mempertimbangkan dalam konseling:
a.
Mengkomunikasikan
nilai-nilai inti agar klien selalu jujur dan terbuka sehingga dapat mengali
lebih dalam masalahnya.
b.
Menantang
klien untuk mencari rencana dan strategi baru melalui berbagai alternatif. Hal
ini akan membuatnya termotivasi untuk meningkatkan dirinya sendiri
4.
Evaluasi dan
Terminasi
Langkah keempat ini adalah langkah terakhir dalam proses konseling secara
umum. Evaluasi terhadap hasil konseling akan dilakukan secara keseluruhan. Yang
menjadi ukuran keberhasilan konseling akan tampak pada kemajuan tingkah laku
klien yang berkembang kearah yang lebih positif.
Menurut Willis yang dikutip oleh Namora Lumongga Lubis, pada langkah terakhir sebuah proses konseling
ditandai pada beberapa hal:
1. Menurunnya
tingkat kecemasan klien
2. Adanya
perubahan perilaku klien kearah yang lebih positif, sehat dan dinamis.
3. Adanya
rencana hidup dimasa mendatang dengan program yang jelas
4. Terjadi
perubahan sikap positif. Hal ini ditandai dengan klien sudah mampu berfikir
realistis dan percaya diri.
Selain hal itu,
Willis yang dikutip
oleh Namora Lumongga Lubis juga menambahkan bahwa tujuan yang ingin dicapai
dalam langkah terakhir ini adalah:
1.
Membuat
keputusan untuk mengubah sikap menjadi lebih terarah dan positif
2.
Terjadinya
transfer of learning pada diri klien, artinya klien mengambil makna dari
hubungan konseling yang telah dijalani
3.
Melaksanakan
perubahan perilaku
4.
Mengakhiri
hubungan konseling
C. Langkah-langkah
Bimbingan Konseling Menurut Bimo Walgito
Adapun
menurut Bimo Walgito, langkah-langkah atau prosedur dalam bimbingan konseling
terdiri dari beberapa fase, antara lain:[3]
1.
Persiapan
Langkah yang harus dilakukan dalam fase persiapan ini adalah
mengadakan hubungan interpersonal yang baik dengan klien dan kemudian mengadakan wawancara untuk
menyusun diagnosis. Sebelum konselor memberikan bantuan atau terapi, konselor
harus mengadakan diagnosis terlebih dahulu. Diagnosis merupakan titik pijak
konselor dan memberikan arah dalam melakukan terapi atau bantuan kepada klien.
Untuk menyusun diagnosis, diperlukan wawancara terlebih dahulu. Setelah
mengadakan diagnosis, langkah berikutnya adalah perencanaan treatment.
2. Perencanaan Treatment
Treatment yang akan
diambi sudah tentu sesuai dengan diagnosis yang telah dibangun berdasarkan
masalah yang dihadapi oleh klien. Dalam
rencana treatment ini, yang akan digunakan dalam memberikan terapi
mungkin tentang perubahan perilaku, mendorong berpikir dalam menghadapi
realita, penerapan cara belajar yang tepat, atau lainnya. Dalam fase ini,
konselor juga mengadakan prediksi atau prognosis sekiranya treatment
tersebut akan membawa hasil seperti yang
diharapkan.
3. Counseling in action
Bantuan atau terapi dapat diberikan melalui wawancara konseling
atau diskusi. Dalam wawancara konseling, klien dan konselor saling bertukar
idea tau sikap melalui perbincangan. Tujuannya adalah menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh klien.
Pada dasarnya, dalam wawancara konseling digunakan salahsatu darai
dua frame of reference. Salah satunya adalah client-centered atau
person-centered dan counselor-centered. Dalam client-centered
atau person-centered therapy, aktivitas pada dasarnya berpusat pada
klien. Klien didorong untuk mengekspresikan sikap, perasaan, dan pikirannya.
Konselor lebih bersikap pasif dan tidak menginterupsi apa yang dikemukaka oleh klien. Sedangkan dalam
counselor-centered therapy, aktivitas pada dasarnya terletak pada
konelor.Konselor mencoba bersahabat dengan klien dan sangat aktif serta sering
mengekspresikan sikap dan perasaannya.
4. Follow up
Pada fase ini, langkah yang diambil oleh konselor adalah untuk
mengetahui efek dari terapi yang telah diberikan, hal-hal yang telah
didiskusikan pada waktu proses konseling sudah dilaksanakan atau belum oleh
klien. Apabila sudah dilaksanakan tetapi tidak mengenai sasaran atau tidak
berhasil maka langkah-langkah yang telah diambil itu kiranya perlu direvisi
untuk menentukan langkah-langkah yang baru.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa
pendapat mengenai langkah-langkah bimbingan konseling, antara lain:
1. Menurut Thohirin, langkah-langkah bimbingan konseling ada 7, yaitu: menentukan masalah, pengumpulan data, analisis data, diagnosis, prognosis, terapi, dan evaluasi atau follow up.
2.
Menurut Namora Lumongga Lubis, langkah-langkah bimbingan konseling ada 4,
yaitu: membangun
Hubungan, identifikasi
dan penilaian masalah, memfasilitasi
perubahan konseling, serta evaluasi dan terminasi.
3.
Menurut Bimo Walgito, langkah-langkah bimbingan konseling ada 4, yaitu: persiapan, perencanaant treatment, counseling
in action, dan follow up.
B. Saran
Demikian hasil makalah kami yang membahas mengenai “Langkah-Langkah Bimbingan Konseling”. Semoga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Kami juga
menyadari bahwa di dalam hasil penyusunan makalah kami masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan. Untuk itu, kami sangat memerlukan kritik dan saran
dari para pembaca untuk perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Bimo Walgito, Bimbingan
+ Konseling, Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET,
2010.
Namora Lumongga Lubis, Memahami
Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik,
Jakarta: Kencana, 2011.
Thohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madarasah,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.
[1] Thohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan
Madarasah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 317-321.
[2]
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar
Konseling dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011, hal. 83-87.
[3] Bimo Walgito, Bimbingan
+ Konseling, Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET,
2010, hal. 191-195.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar